Mendengar kata soto gentong yang terbayang adalah soto yang dimasak di dalam gentong (periuk yang terbuat dari tanah liat). Tebakan saya tidaklah salah-salah amat. Namun ketika diajak mencoba Soto Gentong di Tulungagung, saya menemukan hal baru.

Kedai Soto Gentong yang beralamat di Jl. MT Haryono No.21 itu memang menggunakan periuk berbentuk gentong. Namun bukan dari tanah liat melainkan dari aluminium. “Nama soto gentong terinspirasi dari empal gentong Cirebon,” ujar Mas Addin, putera pemilik Soto Gentong.

Jika empal gentong menggunakan daging sapi, Soto Gentong memakai daging ayam kampung. Yang membedakan dengan soto Jawa Timur lainnya, Soto Gentong kuahnya kental banget meski tidak pakai santan. Tidak seperti Soto Lamongan yang lebih jernih dan light.

Itu dikarenakan pakai daging ayam kampung,” kata Abu Gatan, teman saya yang ikutan mencoba Soto Gentong.

Seperti halnya Abu Gatan, saya juga menyukai kuah Soto Gentong yang kaldu banget. Apalagi daging ayam kampungnya, gurih sekali. Dinikmati dengan camilan kerupuk rambak dan perkedel. Sempurna.

Tidak heran jika kedai Soto Gentong ramai dikunjungi pengunjung. Terutama di jam makan siang. Bahkan di musim liburan lalu, banyak pengunjung dari Jawa Tengah dan Jawa Barat yang mampir dan terpikat pengin rasa Soto Gentong. Soto Gentong buka mulai jam 7 pagi hingga 9 malam.

Oh ya, Soto Gentong juga punya cabang di depan Stasiun Tulungagung. Buka mulai jam 9 pagi hingga 7 malam.

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penyuka kuliner dan penikmat kopi yang saat ini lagi ‘nyantri’ di Madasta)

Kategori: kulineran

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *