Dalam ilmu pengobatan modern maupun pengobatan klasik, makanan merupakan salah satu unsur penting dalam proses pengobatan. Walau asupan makanan menjadi salah satu yang penting, tidak sedikit dari para pengobat dan klien kurang memperhatikan hal ini. Terlebih, jika klien tidak melakukan perawatan secara intensif di RS rawat inap atau klinik-klinik rawat inap.

Pengobatan barat dalam pandangan terhadap proses penyembuhan melalui makanan akan menilai suatu jenis makanan dari nilai-nilai gizi yang ada dari makanan tersebut dan manfaatnya dalam membantu proses penyembuhan. Adapun pengobatan klasik timur yang diwakili oleh chinesse medicine memandang makanan berdasarkan sifat, rasa ada arah terapi dari sebuah makanan itu sendiri.

Sama halnya dengan teknik terapi lain dalam pengobatan klasik. Terapi makanan atau kita sebut Food Therapy menggunakan filososi tradisional dalam memandang sifat dan khasiat makanan itu sendiri. Jika pengobatan barat mendasarkan semuanya kepada penelitian akan struktur dan manfaat makanan secara modern. Maka, food therapy dalam pandangan pengobatan klasik dari negeri tirai bambu menggunakan filosofi Yin Yang dalam menentukan sifat dari makanan itu sendiri.

Pengobatan klasik membagi sifat makanan menjadi panas, hangat, netral, sejuk dan dingin. Dingin dan sejuk bersifat mendinginkan, menenangkan jiwa, menawar racun dan menguatkan Yin. Sedangkan makanan yang sifatnya hangat dan panas berkhasiat menambah kehangatan, meningkatkan energi dan memupuk Yang.

Makanan memiliki rasa yang berbeda dan mempengaruhi organ tertentu. Asam mempengaruhi organ hati, pahit mempengaruhi jantung. Manis mempengaruhi limpa. Pedas mempengaruhi organ paru. Asin mempengaruhi ginjal.

Selain mempengaruhi organ, rasa makanan memiliki khasiat tertentu. Pedas dapat menyebar dan mempelancar energi dan darah, Manis berkhasiat menguatkan, memelihara, mengharmoniskan sifat makanan. Asam dapat mengurangi produksi lendir, Pahit berkhasiat mendinginkan serta mengurangi kelembapan. Asin bersifat pencahar dan melancarkan buang air besar, menyebarkan stagnasi, Tawar mengurangi kelembapan dan diuretik.

Food therapy bukan terapi utama namun sangat mempengaruhi proses pengobatan. Dalam penatalaksanaan terapi ini, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu cara dan proses mengolah makanan, anjuran dan pantangan makanan, serta nutrisi yang cocok bagi anak, remaja, dewasa dan orang tua.

Dari paparan di atas selayaknya para ibu menjadi pengobat di rumah-rumah mereka, bermula dari dapur, meja makan dan apa yang dihidangkan. Memasak yang menjadi rutinitas bagi keluarga menjadi jalan meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga lainnya. Dan sepantasnya seorang ayah akan memperhatikan kesediaan bahan dapur untuk pengobat di rumah berkreasi. Jahe akan menjadi teman keluarga untuk mengusir angin, kangkung melancarkan pencernaan dan kembang kol sebagai anti flu keluarga.

Fakhrur Rozi Muchtar, AMd. Kep.
Mahasiswa Jianxi University of Chinesse Medicine

Kategori: kulineran

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *