Kue Balok Cihapit. Kedai di pinggir jalan sebelum Polsek Nagreg itu sudah tak terbilang lagi kami lintasi. Setiap kali berkunjung ke gurunda di Tasikmalaya, kami selalu melintasi jalur selatan tersebut. Entah kenapa, baru di akhir pekan awal Mei lalu kami memutuskan singgah ke kedai Kue Balok Cihapit itu.

Itu pun rencana semula kami hanya membeli kue balok untuk dibungkus dibawa ke Tasikmalaya. Kudapan sebagai teman ngopi di Ma’had Darul Atsar Tasikmalaya (Madasta) nanti. Malam itu, malam Kamis, biasanya ada acara Secangkir Kopi Kita di Madasta.

Qodarullah wa maa sya fa’al. Salah satu teman di rombongan kami ketika itu, Abu Fauzan Taofik, tetiba pengin ngopi. Ia mengeluh, kepalanya terasa pusing gegara sakaw kafein. Hehehe…

Kami pun memutuskan pesan kopi dan kue balok untuk dinikmati di kedai yang dari luar tampak kecil itu. Kami dibuat kaget sesaat memasuki kedai tersebut. Ternyata di bagian dalam berupa area yang luas berinterior lawas. Bahkan di bagian dalam sebelah parkiran, berupa saung besar berisi perabotan meja kursi jadul.

Belum lagi kopi arabika tubruk yang kami pesan, pas banget perbandingan air dan bubuk kopinya. Rasa asam arabika terasa sekali di lidah. Kremanya juga cakep.

Pas banget sebagai pendorong kue balok. Rasa manis kuenya membuat rasa kopi semakin nikmat. Kami sungguh menikmatinya. Alhamdulillah.

Kue balok Cihapit memang sudah melegenda di tanah Pasundan. Kedai yang di Nagreg itu merupakan cabang dari Kue Balok Mang Udju di Jl. Cihapit Bandung yang kondang.

Soal asal daerah kue balok, ada ikhtilaf (perbedaan) pendapat. Pendapat satu menyebut kue balok berasal dari Garut. Pendapat yang lainnya menyebut Bandung sebagai asal kue balok. Masing-masing memberikan hujjah (bukti) berupa qila wa qola (katanya dan katanya) yang kuat. Namun jumhur (mayoritas) berpendapat kue balok berasal dari Garut.

Tekstur kue balok dari tepung terigu itu memang dibuat padat namun lembut. Sehingga cukup mengenyangkan. Apalagi di bagian dalam dibiarkan belum matang (setengah matang). Begitu digigit, ada bagian yang lumer di dalam mulut.

Makanya kue balok juga disebut sebagai kue jibeuh. Jibeuh singkatan dari hiji oge seubeuh. Yang artinya, satu saja kenyang.

Yang unik dari kue balok adalah proses pemanggangan kue. Selain pakai api panggang bawah dari bara arang, bagian atas juga dipanasi pakai bara arang. Konon, ini cara pemanggangan kue balok yang original. Tidak ada khilaf (beda) pendapat dalam perkara yang satu ini.

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)

Kategori: kulineran

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *