Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hak muslim atas muslim ada enam.” Beliau ditanya, “Apa itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Jika berjumpa dengannya engkau mengucapkan salam kepadanya, ketika mengundang engkau penuhi undangannya, jika minta nasihat engkau nasihati dia, jika bersin dan mengucapkan hamdalah engkau mendoakannya (dengan berkata: yarhamukallah), jika dia sakit hendaknya menjenguknya, dan jika meninggal engkau iringi jenazahnya.” (HR Muslim No. 2162)

Demi memenuhi salah satu hak sesama muslim, saya bersama teman-teman pergi ke Garut di Selasa, 3 Desember 2024. Bersama Abu Faqih, Abu Rosyid Slamet, Abu Habil Hasan, Abu Ismail Agus, dan Abu Naufal Abdurrahman kami menuju RSUD dr. Slamet Garut.

Qodarullah wa maa syafa’a fa’al. Salah satu teman kami dirawat di rumah sakit tersebut. Sebagai saudara muslim, kami menjenguknya untuk mendoakan kesembuhan baginya. Jarak Bandung – Garut tidaklah jauh, hanya 1,5 jam perjalanan menggunakan mobil.

Syafahullah laa ba’sa thohurun, InsyaAllah. Semoga Allah ‘azza wa jalla menyembuhkannya. Tidak mengapa (sakit tersebut) membersihkan (dosa-dosa), Insya Allah.

Senyampang di Garut, kami diajak mampir ke rumah orang tua Abu Ismail Agus. Ternyata rumah bapak dari Abu Ismail Agus letaknya tak begitu jauh dari rumah sakit.

“Mampir ke rumah dulu ya, sudah disiapkan makan siang,” ujar Abu Ismail Agus.

Duh, jadi enak.

Padahal sebelum Abu Ismail Agus menyampaikan tawaran tersebut, sudah ada tawaran serupa dari teman kami lainnya. Namanya Abu Shofiyah Nanang yang ternyata dia punya usaha jualan fried chicken di Garut.

Masih di Garut kota gak? Kalau masih, mampir ke kios saya dulu makan siang. Nanti saya kasih tahu adik saya di kios,” tulis Abu Shofiyah Nanang di WAG.

Kios fried chicken milik Abu Shofiyah Nanang namanya Hayamee Chicken. Lokasi kios berada di Jalan Pataruman, Garut. Ayam goreng crispy dengan beberapa pilihan paket. Ada ayam original, geprek, hot lava, dan kulit krispi.

Alhamdulillah, siang itu setelah puas menikmati santap siang di rumah bapaknya Abu Ismail Agus, pulang bisa membawa sekotak paket Hayamee Chicken. Ayam gorengnya masih renyah dan nikmat meski baru bisa disantap sesampai di rumah (seusai Maghrib).

Makan siang di rumah bapaknya Abu Ismail Agus juga tak kalah nikmat. Tuan rumah bilang makanan seadanya, kami bilang semuanya ada. Ada telor rebus balado, tempe tahu goreng, ayam goreng, bihun, lalapan, krecek kulit, sambel, dan kerupuk. Komplet.

Dalam benak saya berpikir –karena keterbatasan ilmu agama– mungkin inilah yang disebut sebagai rezeki dari silaturahmi. Sebatas kemampuan pemahaman saya tentang agama, rezeki tidaklah mesti berbentuk duit. Makan siang dan paket Hayamee Chicken bagi saya adalah rezeki yang harus disyukuri.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhori – Muslim )

Apalagi sebelum balik ke rumah masing-masing, kami menyempatkan diri mampir ke kios Rokupan (Roti Kukus Pandan) milik Abu Syaddad di depan Masjid Al Ihsan, Rancaekek. Di kios milik teman kami itu, kami disuguhi kopi arabika Pucuk Ibun dan roti kukus pandan isi selai kacang dan coklat.

“Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan memberiku rezeki ini (berupa makanan ini) tanpa upaya dan kekuatan dari padaku.”

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penyuka kuliner dan penikmat kopi yang saat ini lagi ‘nyantri’ di Madasta)

Kategori: kulineran