Seumur-umur, baru kali ini saya makan bakso tanpa sambal. Setiap kali makan di warung bakso saya selalu tambahkan sambal, saus, kecap dan jeruk nipis/cuka ke kuah baksonya. Bagi saya, itu syarat sahnya bakso enak.
Namun ketika saya berkunjung ke Mie Bakso Primadona, Tasikmalaya saya tanggalkan syarat tersebut. Saya hanya butuh saus dan kecap saja. Saya tak lagi cerewet tanya mana sambel dan cuka.
Saus di Mie Bakso Primadona yang berlokasi di kompleks ruko Mayasar Plaza itu cocok banget di lidah saya. Sedap dan pedas. Ditambahi kecap rasanya sudah memenuhi syarat sahnya bakso enak tadi.
Sausnya racikan sendiri yang berbahan rempah-rempah, begitu yang saya dengar. Yang saya baca di internet, masak baksonya tidak menggunakan kompor gas melainkan tungku arang batok kelapa. Nggak heran jika kuahnya harum banget
Belum lagi mie dan bakso urat halusnya juga enak sekali. Saya sengaja mengakhirkan makan bakso urat setelah kuahnya tandas gegara sausnya itu. Bakso urat halus dipotong-potong dadu, kemudian diguyur saus dan kecap.
MasyaAllah, enak banget. Mengingatkan saya akan kenangan makan bakso di suatu tempat, namun saya tidak ingat di mana itu.
Baru setelah saya pulang ke Bandung, saya jadi teringat kembali. Itu mengingatkan kenangan makan bakso gerobakan di Gg. Menco di Madiun. Kuahnya dihabiskan terlebih dahulu, kemudian baksonya diguyur sambel, saus dan kecap.
Itulah kenangan saya ketika masih duduk di bangku SD sekitar tahun ’70an. Kenangan makan di gerobak bakso Pak Sabar, cinta pertama saya dengan bakso di Madiun.
(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)
0 Komentar