BAKSO 99 PARUNG
Bakso Solo Yang Autentik

Dalam perjalanan di sore hari sepulang dari Masjid I’tishom Jakarta menuju Ma’had Dzunnurain Parung, WA saya berbunyi. Pesan dari gurunda, Al Ustadz Abu Yahya Mu’adz hafidzahullah, pengasuh Ma’had Dzunnurain Parung.

Isinya berupa link alamat Bakso 99 di Parung berikut pesan singkat: “Mampir sini.”

Karena kondisi perut masih cukup kenyang dengan ketoprak di Jakarta, kami memutuskan langsung menuju ke Ma’had Dzunnurain Parung. Apalagi saya sudah rindu bertemu saudara-saudara seagama kami di sana. Bertemu dengan Abu Hisyam Ayyub, Abu Salman Ammar, Abu Hanif Johan dan tentu saja lantunan suara merdu Muhammad Sholihin ketika mengimami sholat berjamaah. MasyaAllah…

Gurunda paham jika kami penyuka bakso, makanya beliau kirimkan link Bakso 99 yang kata gurunda rasanya enak. Namun acara minum kopwah (kopi ukhuwah) di Ma’had Dzunnurain Parung malam itu sungguh menyenangkan hati. Meski malam itu gurunda tidak bisa menemani kami karena ada taklim di Limo.

Makanya ketika keesokan hari hendak pamitan, gurunda menahan kami. “Kita kan belum ngebakso;” kata al Ustadz Abu Yahya Mu’adz yang menjelaskan lokasi Bakso 99 searah jalan pulang kami ke Bandung.

Akhirnya jam 10 kami pun meluncur ke Bakso 99. Lokasinya di Pasar Parung, alamat lengkapnya sih di Jl. H. Mawi, RT 04/RW 05, Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Di Google Maps ada kok titiknya. Nama lengkapnya Bakso Baru 99 Setia Kawan.

Bentuk dan tekstur baksonya mengingatkan saya pada bakso dari daerah tertentu. Begitu saya gigit baksonya yang ‘kres’, ingatan langsung membisikkan: “Bakso Solo!” Baksonya daging banget, tidak berasa tekstur tepung. Dagingnya halus dan lembut.

“Ini autentik (bakso Solo asli, Red.),” ujar Abu Rofi teman saya yang dikenal pintar memasak. “Enak banget,” tutur Abu Muhammad Tendy, teman saya yang lain.

Tidak heran jika Bakso 99 ramai dikunjungi. Buka setiap hari mulai jam 8 pagi hingga 8 malam. Dalam setiap hari menghabiskan 30-40 kg daging. “Kita cuma libur di pekan pertama Ramadhan. Alhamdulillah bulan puasa omzetnya malah meningkat,” ujar Mas Warsito yang ikutan mengelola Bakso 99, usaha milik mertuanya yang berasal dari Wonogiri yang sudah dimulai sejak tahun ’80an.

Jazaakallahu khoiron katsiron, Mas Warsito. Baksonya benar-benar enak.

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *