Lampu lawas yang satu ini sebetulnya tidaklah tua-tua amat usianya. Lampu yang di daerah Jawa Timur dikenal sebagai lampu ayam, disebut-sebut mulai ada di Indonesia pada tahun 1940an. Zaman pendudukan Jepang, dan ada yang menyebut merekalah yang mendatangkan lampu ayam dari Jepang.

Disebut lampu ayam karena rangka lampu berbentuk ornamen seperti ayam di sisi kanan dan kiri. Walau menurut saya malah terlihat seperti burung.

Meski tidak terlalu tua, ketersediaan barang saat ini memang sedikit. Bisa dibilang, sepengetahuan saya, lampu ayam termasuk barang langka. Konon kabarnya, lampu ayam ini pernah diburu orang-orang Jepang ketika mereka kembali ke Indonesia dalam rangka liburan.

Sekarang di pasaran, lampu ayam dalam kondisi komplet ditawarkan dengan harga mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta tergantung kondisi. Tangki dan kap lampu biasanya berwarna sama, dengan kondisi utuh (tidak pecah). Konon, lampu ayam yang tangki dan kap lampu yang berwarna pink punya nilai lebih mahal.

Lampu ayam secara tampilan memang menarik. Tangki bahan bakar untuk minyak tanah dan kap lampu terbuat dari kristal. Jika posisi sumbu diganti dengan bohlam lampu, sinarnya bisa menembus kap kristal dan membiaskan warna (sesuai warna kap lampu).

Oh ya, lampu gantung ini punya penyebutan lain. Ada yang menyebut lampu ayam jago, lampu kupu tarung, lampu bethet, lampu merak.

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)
FOTO: DOK. PRIBADI


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *