Cukuplah wasiat mulia dari Baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada seorang ghulam sebagai bekal. Wasiat mulia Baginda itu, telah menghujam dalam di sanubari seorang Abdullah bin Abbas Remaja, yakni: Dari Ibnu Abbas berkata, Aku pernah berada di belakang Rasulullahصلى الله عليه وسلمpada suatu hari,
beliau bersabda, “Hai nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah
Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya di hadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah,ketahuilah sesungguhnya seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan mampu memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan mampu membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (maksudnya takdir telah ditetapkan).
” Berkata
Abu Isa: Hadits ini hasan shahih.
Dengan bekal wasiat ini, tumbuh dewasa lah seorang Ulama Muda Abdullah bin Abbas
rodliyallohu’anhumaa, tanpa gentar menghadapi ribuan kaum teroris khawarij, tanpa berbekal pedang, namun cukup membawa amunisi ilmu dan hikmah untuk mematahkan semua argumentasi menyimpang mereka, dan walhamdulillah menjadi jalan hidayah bagi sebagian
mereka untuk kembali ke dalam pelukan Islam.
Wahai kaum muda, pembawa cahaya harapan ummat, penerus kemuliaan Islam, kembalilah ke rumah Alloh ta’ala. Pulanglah ke pangkuan Baitulloh. Peluk eratlah pilar-pilar tauhid yang
dipancangkan didalamnya, reguklah sebanyak-banyak air hikmah dari kolam ilmu dan kebijaksanaan dari setiap majlis-majlis syurga yang digelar di dalamnya.
Wahai Para pendahulu atau qudama dalam dakwah, orang tua yang penuh cinta, hulurkanlah tangan mu pada generasi muda pelanjut mu. Jangan kau tinggalkan mereka dalam bimbang dan keputusasaan. Beri mereka ruang untuk tampil berperan. Tanam benih percaya dalam jiwa
mereka, untuk terus belajar jadi pemimpin dan mencoba mengembangkan diri, agar kelak benih itu tumbuh bersemi menjadi bunga tanggung jawab dan menjadi buah manis amal Sholeh keteladanan. Karena sungguh benteng kokoh peradaban itu, mustahil dibangun dalam semalam.
Pemuda kini serasa hilang dan menjauh dari Masjid sebagai naungan sejati bagi mereka, dantempat mereka berteduh dibawah kemuliaan Tauhid, dari teriknya fitnah dan syubhat dunia yang menyengat.
Hai pemuda! Sudahilah fatamorgana media sosial mu, lebih banyak lah kau habiskan waktu mu di hadapan Al-Qur’an dan kitab para ulama pendahulu mu. Berkaryalah dengan ilmu pengetahuan tuk taklukkan dunia di bawah kaki mu.
Sadarilah! Bukankah Ada tujuh golongan yang diberikan kemuliaan berupa naungan Alloh ta’ala yang diberikan Allah ta’ala dihari Kiamat? sedangkan tidak ada saat itu naungan lain, kecuali naungan yang Alloh ta’ala miliki? maka bukankah salah satu golongan yang akan diberi naungan tersebut adalah seorang pemuda yang selalu beramal Sholeh dan senantiasa terpaut hatinya pada masjid? Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
”…seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabb-nya, seorang
laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid,…”
(Hadits Riwayat Bukhori; kitab Azan; Bab Orang yang duduk di dalam Masjid menunggu
pelaksanaan shalat dan keutamaan (senantiasa rindu dengan) Masjid. No. 620)
Wahai kaum muda, ayo ramaikan kembali Rumah Alloh ta’ala, penuhi setiap sudutnya dengan ilmu, jika tidak saat ini, lalu kapan lagi? Jika bukan dirimu, lantas siapa lagi? Karena plihanmu hanya sekali berarti kini, Karena setelah itu hanya mati!
Abu Lubna Ari (Muhamad Nurul Haq)
(Alumnus Sejarah UNPAD, penyelia Naskah Al-Qur’an, pemuda yang beranjak tua)