Ba’dallah, selalu ada yang pertama. Di akhir pekan terakhir Januari lalu, saya untuk pertama kalinya berkunjung ke Banjarnegara. Untuk pertama kalinya pula saya menyambangi Ma’had Ibnu Abbas di Banjarnegara.
Saya bersama rombongan gurunda tiba di Ma’had Ibnu Abbas pada hari Jumat (27/1) malam pukul 22.30an. Malam itu kami disuguhi kopi arabika Sindoro seduh french press dan vietnam drip. Saya pilih vietnam drip. Untuk pertama kalinya saya disuguhi kopi vietnam drip dalam kunjungan ke pondok pesantren ahlusunnah.
Jadilah kami kopwah (kopi ukhuwah) sebelum beranjak ke pembaringan tengah malam itu. ‘Kopi dingin’ istilah orang Banjarnegara dan sekitarnya. Apakah kopwah kami malam itu sudah dingin?
Bukan. Itu hanya istilah saja. Kopwah malam Sabtu itu panas dan nikmat. “Kopi dingin di sini artinya kopi dulu,” jelas al Ustadz Musa hafidzahullah, salah satu pengajar di Ma’had Ibnu Abbas.
Jadi, kalau orang Banjarnegara menawari ‘kopi dingin’ itu artinya dia mengajak minum kopi. Bukan mengajak minum kopi yang sudah dingin.
Alhamdulillah. Saya mengucap puji syukur atas nikmat di pekan terakhir Januari itu. Nikmat ukhuwah dan nikmat mengenal dakwah ahlusunnah.
Apalagi di Sabtu paginya gurunda al Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah memberikan taklim yang sangat bagus. Temanya tentang nikmatnya mengenal dan mengikuti sunnah serta istiqomah di atasnya
Gurunda menyebutkan penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Ghalib, bahwa mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat. Karena hal itu jadi jalan menuju ampunan dari Allah subhanahu wa ta’ala atas segala dosa. Sekaligus menjadi jalan untuk mendapatkan cinta-Nya.
Makanya gurunda berpesan jangan pernah lelah menempuh jalan sunnah. “Karena inilah jalan keselamatan. Orang-orang yang di atas dakwah sunnah adalah orang-orang mulia. Jangan berhenti،, jangan menjauh dan jangan meninggalkan dakwah sunnah,” kata gurunda.
Sami’na wa atho’na…
(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)
0 Komentar