Setiap kali mendengar kata kopi lanang saya geli sendiri. Gegara teringat salah satu slogan iklan produk kopi lanang. Bunyinya; ‘Diminum pria, disukai wanita’. Paham, kan?

Yup. Kopi lanang disebut-sebut memiliki manfaat untuk meningkatkan vitalitas pria. Selain itu katanya juga bisa menekan risiko diabetes serta melancarkan peredaran darah.

Saya tak ingin membahas soal mitos kopi lanang yang semacam itu. Sebagai penggemar kopi saya hanya pengin merasakan kopi lanang. Katanya, kopi lanang memiliki cita rasa tersendiri.

Kopi lanang (peaberry) adalah kopi yang bisa dibilang cacat. Mengalami kelainan. Buah kopi yang normal berisi 2 biji. Namun itu tidak terjadi di kopi lanang. Cuma berisi 1 biji kopi yang berbentuk bulat bukan pipih.

Banyak faktor yang membuat kopi jadi lanang. Tidak optimalnya penyerbukan putik bunga, malnutrisi atau kelainan genetika. Dalam sekali panen biasanya ditemukan sejumlah 5-10% kopi lanang.

Meski kopi cacat atau kelainan genetik, hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas rasa kopi. Itu yang membuat saya penasaran pengin menyeruput kopi lanang.

Alhamdulillah beberapa waktu lalu saya diberi kopi robusta lanang panenan daerah Rempek, Lombok. Kopi produk Toobagus Kopi yang sudah digiling halus. Cocok buat kopi tubruk.

Rasanya? Tidak sepahit robusta wadon. Bukan lanang maksudnya. Hehehe… Pahitnya bukan pahit karena sangraian yang gelap. Lebih ke pahitnya coklat. Dark chocolate. Saya juga merasakan rasa manis tipis gula aren.

Pak Atho’ teman saya penggemar kopi robusta acung jempol untuk kopi robusta lanang Rempek, Lombok. Bahkan menurut dia ketika kopi mulai dingin rasanya justru makin enak.

“Mantap,” katanya.

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *