“Assalamu’alaikum,” Sense Of Love
“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian.”
“Assalamu’alaikum”, kalimat khas yang selalu menghiasi lisan-lisan yang lurus lagi terbimbing, ketika bertemu dua orang atau lebih, baik sedang duduk, berjalan, atau sedang dikendaraan, baik yang tua kepada yang muda, orang muda kepada anak-anak, bahkan untuk segala keadaan. Kalimat thayyibah itu akan sangat mengesankan bagi siapapun. Tentu ada keutamaan bagi siapa saja yang paling mendahului mengucapankan
‘Assalamu’alaikum’ tersebut, ia berhak mendapatkan doa yang lebih sempurna dari orang yang ‘wajib’ menjawab salamnya dengan kalimat balasan “Wa’alaikum salam warahmatullahi wa baraakatuh “Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepada kalian”. Serasa damailah suasana hati mereka saat itu.
Ucapan salam tersebut khusus untuk umat Islam, setidaknya menjadi pertanda yang paling awal, apakah seseorang itu sebagai muslim atau bukan, bisa jadi ucapan salam akan memiliki kesan, betapa kecintaan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai Imam dan ustadznya pada sahabat-sahabatnya yang diridhai Allah tabaraka wata’ala menjelma dan mengejawantah secara simultan dalam peri hidup sehari-hari, ia manjadi doa sepanjang masa.
Mengucapkan salam bagi ikhwah fillah adalah sebagai bentuk sense of love, ungkapan rasa cinta yang mandarah-daging, kerena sebab cinta dan kasih sayang yang dibangun di atas kesamaan akidah dan manhaj, ya, manhaj ahlussunnah ash shahihah yang diberkahi, insya Allah.
Nabi kita, Muhammad Shalalallahu’alaihi wassalam menyampaikan nasehat kepda sahabatnya, yakni Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda; “Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak”. (Muttafaqun Alaih :1.453).
Setiap saat, betapa indah dan besarnya hikmah mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum’ atau lebih sempurna “Assalamau’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh,” karenanya, akan menjadi sebab rahmat dan keberkahan Allah tabaraka wata’ala turun kepada kita yang mengucapkannya dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan demi mengharap wajah Allah semata.
Dalam kegiatan sehari-hari, kita dapat berinteraksi dan membangun komunikasi degan siapapun, antar orang per orang, bahkan interaksi yang lebih luas dengan masyarakat, maka rasa cinta dan ungkapan kasih sayang itu dapat dirasakan melalui berbagai macam indera, misalnya ;
- Melalui penglihatan; Anda dapat melihat cinta melalui kontak mata dan mengamati perubahan positif dan negatif dalam diri seseorang.
- Melalui pendengaran; Cinta dapat didengar melalui nada suara Anda, yang dapat menenangkan dan penuh kasih sayang, seperti terlihat dari pengaruh suara penuh kasih sayang terhadap bayi.
- Melalui rasa; Cinta dapat dialami melalui makanan dan kenikmatan indera lainnya. Kata-kata yang kita gunakan juga bisa meninggalkan rasa yang bertahan lama di mulut orang lain.
- Melaui sentuhan; Cinta dirasakan melalui sentuhan fisik, seperti berjabat tangan yang dapat menyampaikan rasa berbagai kebahagiaan dan kasih sayang.
- Melalui aroma; Cinta dikaitkan dengan aroma akrab yang membangkitkan kenangan dan emosi, menjadikannya perasaan yang kuat dalam mengenali dan mengalami cinta.
Indera-indera ini secara kolektif membantu kita memahami dan mengekspresikan cinta dalam hubungan kita dengan sesama saudara, teman dan komunitas.
Tidak dipungkiri, ada aroma seperti aroma Kopi di Moya Coffee Morning sering kita dapati, betapa seseorang akan sangat terkesan Ketika bertemu dengan saudaranya, setelah sekian lamanya berpisah; ungkapan seperti; “Kaif halukum ya akhi?” “Maa syaa Allah , lebih fresh dan sehat hari ini?” “Semoga antum selalu dalam kebaikan, sudah lama kita tidak berjumpa?” “Kapan kita ngopi-ngopi lagi?” “Baarakallahufiikum. ” Kalimat-kalimat dengan sentuhan langit dari lubuk hati yang paling dalam tersebut , sangat mungkin akan menjadi sebab lahirnya kedekatan dan kehangatan, munculnya kesamaan minat, bahkan cara pandang yang selalu visioner dan tentunya dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman dan hal-hal negative lainya.
Suasana khas seperti itu, menandakan hubungan persahabatan dan penuh keridhaan antara ikhwah dan saudaranya, tentunya kita tidak ingin kehilangan aura positif dari sebuah kebersamaan dalam satu kesatuan akidah dan manhaj. Terlebih dalam keberkahan dan keridhaan Allah tabaraka wata’ala Dzat Yang Maha Sempurna. By amh-mcm.140724.
0 Komentar