Terjadi peningkatan sangat drastis selama tiga minggu hingga lebih dari dua kali lipat (123 persen). Dilaporkan hingga minggu ke-8 tahun 2024, total kasus DBD di Indonesia sebanyak 15.977 kasus dengan 124 kematian. Hanya dalam waktu tiga minggu jumlah kasus meningkat 19.579 kasus dan kematian meningkat 166 kasus. Artinya, dalam waktu tiga minggu rata-rata terjadi 8 kematian setiap hari.
Lonjakan kasus dengue sampai pekan kedelapan tahun ini hampir mirip dengan kasus tahun 2022 periode yang sama, yang secara kumulatif terlaporkan 15.269 kasus dengan 164 kematian.
Tahun 2022 tercatat jumlah kasus DBD di Indonesia menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dilaporkan terjadi 143.000 kasus sepanjang tahun 2022 dengan 1.236 kematian yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari nyamuk Aedes aegypti.
Lonjakan kasus DBD pada awal tahun ini apakah menjadi penanda akan terjadinya perubahan siklus peningkatan wabah DBD di Indonesia yang dalam 15 tahun terakhir (dari tahun 2007) terpantau meningkat signifikan setiap tiga tahun?
Tren peningkatan kasus DBD di Indonesia
Sejak ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968, angka kejadian dengue terus meningkat. Kasus pertama ditemukan di Jakarta dan Surabaya. Sebagai penyakit baru, tingkat kematiannya pun masih tinggi, dari 58 kasus, sebanyak 24 kasus meninggal (case fatality rate/CFR 41,3 persen).
Mengutip jurnal Sari Pediatri April 2009 yang ditulis oleh Mulya Rahma Karyanti dan Sri Rezeki Hadinegoro disebutkan bahwa sejak tahun 1968 hingga 2008, jumlah kasus DBD memuncak setiap 10 tahun sekali, yaitu pada 1988, 1998, dan 2008. Pada tahun 2008 data dari Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah kasus demam berdarah dengue mencapai 133.402 kasus dengan angka kesakitan (incidence rate/IR) 58,85/100.000 penduduk (Sari Pediatri, 2009).
Lonjakan kasus pertama terjadi tahun 1973, lima tahun setelah itu ditemukan. Sebanyak 10.189 kasus yang dilaporkan menjadi pemicu ditetapkannya kejadian luar biasa (KLB) dengue untuk pertama kalinya. Insiden kasus tertinggi berikutnya terjadi 10 tahun kemudian (1983) dengan 13.668 kasus.
Kemudian menjadi siklus lima tahunan ketika tahun 1988 ditemukan 41.347 kasus. Setiap tahun penyebarannya semakin meluas. Tahun 1994, kasus DBD sudah tersebar di semua provinsi.
Kasus DBD di Jakarta meningkat sejak awal Februari 2024. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 627 kasus DBD tanpa kematian hingga 19 Februari.
Peningkatan tajam kasus DBD berikutnya terjadi pada tahun 1998, bahkan pada tahun tersebut kasus DBD di Indonesia menjadi KLB dengan jumlah penderita 72.133 orang. Hal ini merupakan kejadian DBD terbesar yang terjadi sejak kasus DBD ditemukan pertama kali di Indonesia dengan kematian sebanyak 1.411 orang.
Setelah mengalami penurunan di tahun-tahun berikutnya, tren peningkatan kasus DBD setiap tahun terpantau sejak tahun 2003 dan mencapai puncak pada tahun 2007. Berdasarkan data Profil kesehatan Indonesia tahun 2007, selama tahun 2003-2007, angka kasus DBD meningkat cukup signifikan.
Tahun 2003 dilaporkan terjadi 51.516 kasus, tahun 2004 tercatat 79.462 kasus, tahun 2005 sebanyak 95.279 kasus, tahun 2006 tercatat 114.656 kasus, dan tahun 2007 mencapai 158.115 kasus. Pada tahun 2007 angka IR bahkan sampai angka 71,78 per 100.000 penduduk.
Sejak itu tren siklus peningkatan wabah DBD terpantau terjadi setiap tiga tahun sekali. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan pada tahun 2010 jumlah kasus DBD di Indonesia mencapai 156.086 kasus dan menyebabkan kematian sekitar 1.358 orang. Hal ini menyebabkan Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN.
Pada tahun 2013, data penyakit DBD mencapai 112.511 kasus. Namun, pada tahun 2016, terjadi lonjakan kasus DBD yang cukup tinggi hingga 204.171 kasus. Bahkan, jumlah kasus ini merupakan angka tertinggi kasus DBD dalam kurun 10 tahun terakhir.
Setelah turun tajam tahun-tahun berikutnya di kisaran angka 60.000-an kasus, pada tahun 2019 kasus DBD melonjak lagi mencapai angka 138.127 kasus. Tiga tahun kemudian terjadi lonjakan lagi hingga terjadi 143.000 kasus pada 2022. Di tahun 2023, kasus menurun menjadi 114.720 kasus, masih fluktuatif.
Setelah lima kali terpantau siklus peningkatan wabah DBD terjadi setiap tiga tahun sejak 2007, lonjakan kasus yang drastis di awal tahun 2024 ini menjadi ”alarm” bahwa banyak faktor dapat mengubah tren perjalanan penyakit ini di Indonesia. Oleh karena itu, kewaspadaan pada penyakit yang mengancam jiwa ini perlu ditingkatkan.
Tingkatkan kewaspadaan dan pencegahan
Meski meningkatnya kejadian dengue dari tahun ke tahun tidak diikuti dengan pola angka kematian yang meningkat, kewaspadaan pada wabah penyakit ini perlu menjadi perhatian masyarakat.
Angka kematian akibat dengue yang semula setinggi 41 persen pada awal ditemukannya penyakit ini (1968), menjadi kurang dari 2 persen sejak tahun 2000, menurun menjadi 1,21 persen pada tahun 2004, dan telah menurun drastis menjadi 0,86 persen (2022).
Pada tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1996 terjadi pergeseran. Insiden kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun ke tahun dan kini virus dengue bisa menginfeksi semua golongan umur.
Sekalipun berbagai intervensi pencegahan dan penanggulangan dengue telah dilakukan pemerintah sejak awal program penanggulangan dengue pada tahun 1970, upaya demi upaya tersebut belum mampu mengendalikan penyakit ini dengan baik.
Peningkatan angka kejadian dengue secara bermakna masih terjadi di negara endemik demam dengue ini. Apalagi perubahan iklim global diduga berdampak pada meningkatnya risiko penularan dan kematian akibat demam berdarah dengue.
Lebih dari lima dekade, demam berdarah dengue telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, bahkan dunia. Dalam Roadmap for Neglected Tropical Diseases (NTDs) 2021-2030, dengue termasuk dalam target 20 penyakit dan kelompok penyakit yang akan dicegah dan dikendalikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Target penanggulangan dengue adalah menurunkan angka kematian (CFR) dari 0,80 persen (2020) menjadi 0 persen di tahun 2030 (WHO, 2020).
Target zero dengue death 2030 tersebut direspons positif oleh pemerintah dengan menetapkan target nasional yang lebih ambisius.
Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2020-2024 telah ditetapkan target indikator, yaitu 95 persen kabupaten/kota dengan IR DBD ≤ 10/100.000 penduduk pada tahun 2024.
Pelibatan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pencegahan yang didukung teknologi baru, yaitu implementasi teknologi nyamuk Aedes aegypti yang diinjeksi bakteri Wolbachia dan juga vaksin dengue baru yang telah tersedia, penguatan upaya penanggulangan tersebut diharapkan efektif mengendalikan DBD (Tim Litbang Kompas)
Dikutip dari: https://www.kompas.id/baca/riset/2024/03/25/dbd-meningkat-drastis-apakah-tren-siklus-peningkatan-wabah-tiga-tahunan-akan-maju
0 Komentar