Dipatiukur. Ya, salah satu jalanan di seputaran kawasan Dago. Kawasan kuliner dan kongko anak muda baik ABG dan mahasiswa. Di sinilah aku berada.
Ya, dari masa kecil hingga dewasa senantiasa menjadikanku tempat bahagia. Terkadang diselimuti duka dan putus asa. Penuh dengan cerita dan drama Korea.
Aneh memang di saat ingar bingar suasana para anak muda. Terkadang berteriak tak beretika hingga larut tengah malam tiba sehingga membuatku penat tak dinyana.
Aneh memang di kala orang tertawa ria, jiwaku malah merana. Menahan semua ocehan logika yang tak penting juga berkecamuk di dalam jiwa. Mahasiswa, ya merekalah objek pelita di kawasan tuisba.
Kalaulah bukan taat pada orang tua dan menunjukkan raga pada keluarga. Kalau bukanlah ingin menghargai arti silaturahmi di bulan yang suci. Bercengkerama bersama keluarga dan sanak saudara, tetangga dan teman-temanku saat dulu kala.
Ya, Tuisba Kala..
Di tempat itulah aku ditempa. Dibesarkan, digembleng orang tua. Di sanalah aku mengenal arti dari sebuah kesetiakawanan walaupun pada akhirnya masing-masing harus berkeluarga bertanggung jawab atas keluarganya.
Entahlah, mungkin sebagian tak menyangka mengapa aku berubah, aku berpisah, aku berpindah. Namun ketahuilah suatu pertemuan akan berakhir pula dengan perpisahan. Masing-masing kita harus siap berkorban dan mengorbankan untuk suatu keyakinan.
Ya. Tak salah memang keyakinan yang kau pertahankan dapat mengubah suatu peradaban. Namun percayalah jika pada akhirnya kita semua akan dikumpulkan dalam suatu kebaikan. Amiin. Nasalullohal afiah wassalamah.
(Ditulis oleh Opic orang tua dari FaFiNa SaMaTa tanggal 30 Romadhon 1445 H)
0 Komentar