Tidak akan bersatu dua orang atau golongan, yang dasarnya bukan karena Allah, melainkan pasti akan terpisah,” demikian disampaikan oleh Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Hafizhahullah dalam kajian berjudul Cinta Dan Benci Karena Allah.

Cerita tentang seseorang yang menempuh perjalanan jauh demi mendapatkan ilmu, sering saya dengar sebelumnya ketika guru-guru saya menjelaskan tentang semangat mencari ilmu para generasi terdahulu.
Perjalanan jauh dan sulit, rela dilalui demi mendapatkan satu buah hadits.

Berbulan sebelum kedatangan saya dan gurunda ke Pondok Pesantren Al-Hijrah Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, saya pun sudah mendengar cerita tentang kehadiran ikhwan-ikhwan yang menempuh perjalanan jauh demi menghadiri kajian Islam di Stabat.

Namun, 24 & 25 Juni 2023, kejadian yang sebelumnya saya dengar hanya melalui cerita, kini saya saksikan sendiri.

Beberapa bentor (beca motor khas Sumatera Utara – pen) sederhana, terparkir di area parkir kendaraan yang telah disediakan panitia.
Itu kendaraan ikhwan kita yang datang bersama keluarga dari daerah sekitar Kota Medan, sekira 2-3 jam perjalanan bila ditempuh dengan kendaraan seperti itu,” cerita Ustadz Rahmat, salah seorang pengajar di Pondok Pesantren al-Hijrah Stabat.

Bahkan sebuah bentor, terparkir menyendiri dari kawanan bentor lainnya. “Itu kendaraan saudara kita dari Aek Kanopan. Sekira 12 jam perjalanan dari sini. Beliau kesini dengan istri dan 5 orang anaknya,” tutur ustadz Fawwaz menjelaskan. Sejenak saya tertahan tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Masih ada di jaman sekarang orang yang masih mau bersusah payah menempuh perjalanan yang berat dan panjang untuk mendengarkan kajian ilmu, dalam kondisi bisa beliau dengar sambil bersantai di rumah melalui siaran streaming radio online,” pikir saya.

“Apa yang harus beliau korbankan untuk bisa sampai ke tempat ini? untuk meninggalkan pekerjaannya, untuk bensin kendaraannya, untuk makan minum keluarganya selama dalam perjalanan,” tanya saya dalam hati.

Seketika, beragam tanya berkelebat dalam pikiran saya. Belum selesai rasa takjub saya. Kemudian saya juga dipertemukan dengan ikhwan yang datang dari sebuah daerah di Provinsi Aceh, yang menempuh perjalanan darat 8 sampai 10 jam, demi untuk bisa bertanya dan meminta nasehat dari gurunda.
Apa yang mendasari mereka semua ini, untuk bisa hadir ke majelis ilmu?

Pertanyaan demi pertanyaan itu, terjawab perlahan dengan materi kajian yang disampaikan hari itu oleh gurunda

Asal muasal loyalitas adalah kecintaan. Loyalitas bisa terwujud dalam wujud kedekatan, pembelaan dan dukungan,” demikian salah satu penjelasan gurunda.

Tercatat 60 mobil, 140 motor, dan mungkin kendaraan lainnya, yang mengantarkan peserta kajian ke tempat itu, adalah wujud cinta mereka kepada ilmu dan kepada ahlul ilmi. Biaya untuk bensin mereka keluarkan dari kantong mereka sendiri. Makan dan minum mereka pun harus siapkan sendiri.

Mereka bukan penonton bayaran. Yang sudah disiapkan jajaran bis berbaris rapi untuk mengangkut mereka mendatangi tempat kajian. Mereka bukan jamaah nasi bungkus, yang mendatangi suatu acara, karena sudah dijamin makannya oleh panitia.
Mereka bukan fanatikus, yang hanya menghadiri kajian satu orang gurunya saja, yang selalu dibela gurunya benar ataupun salah.

Orang yang cinta dan benci karena Allah, tidak akan memberikan loyalitasnya kepada orang atau golongan yang dibenci oleh Allah,” demikian penjelasan gurunda.

Semoga Allah membalas kebaikan dan pengorbanan mereka semua. Semoga Allah menjaga mereka dan kita semua dari setiap ujian dan fitnah.

  • Selesai. Tulisan ketiga dari tiga tulisan liputan Kajian Islam Stabat –

(Abu Faqih Ginanjar, Jakarta 26 Juni 2023)


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *