Bali, perjalanan pertamaku di pulau ini. Entahlah apa yang membuatku dari dulu ingin main ke pulau Bali. Terngiang destinasi wisata yang sungguh indah nan elok juga mempesona.
Namun tak pernah ku duga perjalanan kali ini ada hal yang jauh lebih besar dan mempesona dari semua itu. Apakah itu?
Ya, nikmatnya kebersamaan. Di pulau ini ternyata ghiroh kaum muslimin terkhusus ikhwah salafy Denpasar. Semangat mereka menggelora meramaikan masjid di tengah kota yang bernama masjid Raya Ukhuwwah.
Masjid ini dibangun oleh para pedagang dari Arab Yaman, yang dikenal dengan sebutan Jamaah Hadromi karena berasal dari Hadromaut. Ya, merekalah yang telah berjasa membawa syiar Islam di Negeri Dewata.
Hubungan sejarah yang baik dan erat dengan Raja Pamecutan membuat raja menghadiahi tanah di pusat kota Denpasar untuk dijadikan masjid. Laa haula wa laa quwwata Illa billah.
Masjid ini dibangun oleh para Jamaah Hadromi dan hingga kini para keturunan mereka yang meneruskan kepengurusan Masjid Raya Ukhuwwah. Mereka berkolaborasi dengan Yayasan Cahaya Sunnah dari tahun 2006.
Masjid ini diramaikan dengan syiar dakwah dan kegiatan- kegiatan baik taklim rutin, dauroh yang diisi ustadz-ustadz dari berbagai daerah. Belum lagi pelatihan manasik haji gratis dan tajwid gratis di masjid ini. Ya, tak salah semuanya gratis.
Pengalaman safar pertama kali ke Bali ini sangat di luar ekspektasi. Kami berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada 2 Maret 2023. Kami menggunakan maskapai Air Asia yang merupakan rute penerbangan terakhir dari Jakarta ke bandra I Gusti Ngurah Rai Bali. Pun begitu sebaliknya pulang menggunakan penerbangan terakhir dari Bali ke Jakarta. Saya paham mungkin ini sebagai bentuk penjagaan ikhwah kepada tamu-tamunya.
Belajar ukhuwwah itulah hal selama 5 hari aku di sana. Merasakan nuansa seperti dauroh di Bantul. Ya, nggak salah Bantul ataupun JIC. Inilah potret dakwah ketika tokoh ustadz memiliki wibawa juga tawadhu. Selain itu juga para aghniya (Sohibul Maal) saling berkonsolidasi dengan baik bersama pengurusnya. Wal hamdulillah, semua ikhwah memiliki dakwah ini. Nikmat besar yang patut disyukuri.
Jumlah minoritas kaum muslimin sekitar 15% menjadi salah satu sebab eratnya ukhuwwah. Terlihat ketika sholat lima waktu dan Jumat berjajar shafnya rapat semua kalangan baik pengusaha, pekerja, wisatawan dan sebagainya. Dan yang tak dinyana kerjasama pengurus masjid di sini dengan pemerintah aparat kepolisian sangat baik. Sehingga jangan kaget ketika sholat Jumat masjid dijaga oleh aparat kepolisian.
Dakwah para nabi merupakan dakwah yang indah dan mulia. Bali negeri yang penuh asa. Semoga dakwah tauhid yang mulia kan senantiasa berkibar di sana. Amin.
(Taofiq Hardiman S. Sos. I, Bandung, 6-4-2023 di seberang Jalan Soekarno Hatta sembari iftar puasa Ramadhan)
0 Komentar