Ketika hendak memasuki kedai baso yang satu ini, saya sedikit ragu-ragu. Apa benar ini kedai baso tangkar yang gurunda rekomendasikan? Tampak depan, kedainya kecil dengan hanya beberapa meja.

Teman saya, Abu Fatih Agus juga merasakan hal yang sama. “Jangan-jangan gurunda keliru pilih tempat nih,” bisik Abu Fatih Agus dalam hatinya.

Saya sengaja masuk belakangan dari rombongan gurunda yang berjumlah 11 orang yang ikutan siang itu. Saya pikir gurunda keliru kemudian kami akan segera balik kanan.

Ternyata saya yang keliru. Rombongan terus masuk hingga ke sebuah ruangan dengan interior kafe yang bergaya pop art. Saya terus terang dibikin kaget. Belum lagi ternyata ada lantai 2, dan kami memutuskan naik ke lantai tersebut.

Kami pun memilih lantai 2 untuk menikmati baso di kedai itu. Dan ternyata, kedai tersebut menempati bangunan 3 lantai! Nama tempat itu adalah Tangkringan Bu Imas yang beralamat di Jl. Paseh Propelat No.1, Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Tasikmalaya.

Di sini rajanya baso tangkar,” kata gurunda mengomentari kedai baso tersebut.

Baso tangkar di Tangkringan Bu Imas memang istimewa. Mangkok berisi penuh tangkar yang menimbuni baso urat dan baso halus kecil. Plus, sedikit mie kuning dan toge berikut kuahnya yang hanya setengah dari bibir mangkok. Menyenangkan mata.

Rasanya pun memanjakan lidah. Baso urat dan halusnya berasa banget dagingnya. Tangkarnya layak diacungi jempol. Bumbunya meresap, bikin gigi rakus menggigiti daging yang menempel di tulang-tulang iga sapi itu.

MasyaAllah, enak banget ini,” kata Abu Ilyas Saif, saudara seagama saya di Ma’had Darul Atsar Tasikmalaya (Madasta) yang dikenal penggemar berat baso tangkar.

“No tangkar, no baso,” begitu prinsipnya.

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *