Dalam cerita pewayangan tokoh Dorna adalah guru bagi Pandawa dan Kurawa. Guru olah kanuragan, yang punya banyak ajian kesaktian dan mahir bermain senjata. Kepandaian Arjuna dalam membidik busur anak panahnya merupakan hasil gemblengan Dorna.
Lelaki yang di masa mudanya bernama Kumbayana itu juga dikenal ahli siasat perang. Dorna lah yang nantinya didapuk sebagai salah satu Senapati Agung (panglima perang) di perang akbar Bharata Yudha.
Dorna juga pintar mengolah kata dan memanipulasi fakta. Karena kepintarannya itulah Dorna tak hanya diangkat jadi guru namun juga Brahmana (penasihat kerajaan) oleh Destarata sang Raja Astina.
Sayang, Dorna punya sifat yang tidak terpuji. Dia sombong, licik dan suka dusta. Demi merintis jalan kemuliaan untuk anaknya yang bernama Aswatama, Dorna memilih berpihak ke Kurawa. Dorna seorang oportunis sejati.
Segala upaya dia halalkan untuk membuat Kurawa memenangkan perang Bharata Yudha. Jika Kurawa menang, Dorna berharap Aswatama memperoleh kemuliaan menduduki jabatan di salah satu kerajaan taklukan Astina.
Salah satu kesesatan Dorna yang viral adalah ketika mengajari Werkudara dari Pandawa untuk mencari Tirta Perwitasari (air kehidupan). Dorna mengiming-imingi Werkudara jika bisa menemukan air kehidupan tersebut maka dia akan menjadi kesatria tanpa pilih tanding. Tak akan terkalahkan.
Tirta Perwitasari dan keampuhannya adalah hasil olah kata Dorna. Dusta. Tak ada yang namanya air kehidupan. Itu hanyalah siasat Dorna agar Werkudara celaka sehingga kekuatan Pandawa jadi runtuh dan Kurawa mudah memenangi Bharata Yudha. Alkisah, Werkudara diperintah Dorna untuk masuk ke dalam samudera demi mencari Tirta Perwitasari.
“Amalan-amalan itu hanyalah tergantung dengan niatnya. Dan setiap orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR Bukhori)
Werkudara yang berangkat mencari Tirta Perwitasari dengan niat tulus untuk menaati sang guru akhirnya berhasil menemukan ilmu yang membuatnya memahami arti sesungguhnya kehidupan.
Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti. Angkara murka akan dikalahkan oleh kebajikan. “Iringilah keburukan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan.” (HR Tirmidzi)
Sebagai guru, Dorna bukan sosok yang pantas digugu dan ditiru. Dia guru yang wagu dan saru. Sebagai guru, Dorna semestinya “ing ngarsa sung tulada, ing madya bangun karsa, tut wuri handayani”. Dia justru “ing ngarsa sung perkara, ing madya bangun curiga, tut wuri memata-matai“.
Makanya agama Islam sangat memperhatikan soal siapa yang pantas diambil ilmunya. Seorang tabi’in (murid sanabat Rasulullah) bernama Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ.
“Sesungguhnya Ilmu ini adalah agama. Maka lihatlah kalian dari siapa kalian mengambil (ilmu) agama kalian.”
(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)
0 Komentar