Setiap kali Abu Fauzan Taopik mengajak jalan, kami selalu berupaya keras untuk tidak menolaknya. Hehehe… Jalan-jalan bagi teman kami itu artinya ajakan keluar dari Manglayang untuk kulineran. Siapa sudi menolaknya, kan?

Seperti akhir pekan pertama bulan September 2022 lalu. Abu Fauzan Taopik yang semula hanya ikutan kami (saya dan Abu Faqih Ginanjar) sampai Manglayang tetiba mengajak jalan ke Garut.

Kita ke Cibiuk, yuk,” ajak Abu Fauzan Taopik.

Cibiuk yang dimaksud adalah nama rumah makan Sunda yang terletak di jalan Raya Nagreg-Limbangan, Cijolang, Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jika dari arah Bandung, posisi rumah makan Cibiuk berada di sebelah kiri jalan.

Siang itu sekitar jam 11an, kami tiba di Cibiuk. Penampakan di luar layaknya rumah makan khas Sunda lainnya. Namun begitu memasukinya, tempatnya luas dengan pilihan tempat makan beragam. Ada meja kursi, lesehan di dalam perahu di atas kolam atau lesehan di saung-saung di luar ruangan.

Tempatnya asri, ada kolam ikan dan gemericik air dengan hawa yang segar. Kami memilih sebuah tenda putih seperti payung dengan hamparan hijau rumput sintetis yang dekat dengan kolam ikan koi.

Saya tambah terkesima ketika pesanan kami datang. Plating makanannya benar-benar diperhatikan. Posisi dan komposisi lauk pauk disusun sedemikian rupa. Terus terang, sepanjang sepengetahuan saya, food plating jarang dilakukan di rumah-rumah makan khas Sunda. Maafkan kenaifan saya, ya…

Saya sangat suka cara rumah makan Cibiuk menyajikan masakannya. Pramusajinya juga ramah. Apalagi nasi liwet yang kami pesan rasanya benar-benar nikmat. Beda dengan nasi liwet yang pernah kami coba di tempat lain sebelumnya.

Pun begitu tumis kangkung oncomnya. Masih segar dan bumbunya meresap. Untuk sop buntutnya sih, sesuai standar SBI (Sop Buntut Indonesia) lah.

Qodarullah wa maa sya fa’ala, kondisi saya ketika itu rada batuk. Jadi saya urungkan memesan es susu kopi yang katanya item minuman yang kudu dicoba penyuka kopi jika ke Cibiuk. “Nggak manis-manis amat kok, bah. Kopinya berasa banget,” kata Abu Faqih Ginanjar.

Lain kali, InsyaAllah. Saya khawatir dinginnya es akan memperburuk batuk saya. Siang itu saya mencukupkan minum juice tomat tanpa gula. “Tapi pakai es juga, bah?” tanya Abu Faqih Ginanjar.

Nah, itu saya lupa ketika pesan minuman tadi. Hehehehe…

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *