“Bagus nih buat tulisan,” tulis istri saya via WA berikut screen shot status WA temannya.
Screen shot tersebut berupa foto selembar surat bertuliskan tangan. Saya zoom agar bisa membacanya. Dua kalimat pertama membuat saya tercekat.
“Tulisan siapa?” tanya saya kepada istri yang dijawab itu tulisan anak temannya yang ternyata suaminya adalah sahabat saya juga.
Saya segera hubungi teman saya itu untuk menanyakan tulisan tangan tersebut. Akhirnya saya tahu itu adalah diary anak sulungnya yang berusia 14 tahun.
Saya pun meminta izin untuk memuat diary anaknya itu di situs manglayang.com. Saya memang sudah lama ingin membuat semacam kategori atau rubrik yang memuat tulisan santri dari Manglayang. Apalagi ketika saya diskusikan dengan salah seorang ustadz saya, beliau setuju dengan gagasan saya itu. “Bisa mewadahi aspirasi mereka,” begitu kata ustadz saya. Apalagi sekarang pondok-pondok ahlusunnah lagi menghasung santrinya untuk mulai rajin menulis.
Sebagai Diary Santri perdana saya tampilkan tulisan ananda Muhammad Abdurrahman Faqih Hatuala, kelas 2B Marhalah Mutawasithah santri Ma’had Al-Faruq Assalafy, Kalibagor Banyumas.
Berikut ini diary santri yang biasa disapa Faqih itu.
Parents…
Andaikan bukan surga jaminannya
Niscaya tak kan ku tinggal kalian di sana
Tapi demi ilmu dan surga…
Kuharap kalian ridho dan rela
InsyaaAllaah tak kan lama
Hanya sebentar saja
Begitu rindunya aku pada suka dan duka
Yang biasa kita jalani bersama
Ayah & Ibu…
Aku janji…
Pasti akan kembali
Setelah selesai semua ini
Setelah usai perjuanganku di sini
Aku akan bersama kalian lagi…
Ya Allah yang membolak-balikkan hati
Mudahkanlah hamba dalam menuntut ilmu syar’i
Aamiin…
5 Juli 2022/5 Dzulhijjah 1443 shof ke-6 masjid An-Nur (halaqoh jam 8)
0 Komentar