“Kayaknya kita sudah lama nggak ngaliwetan, ya? Tuh, di pondok (pesantren, Red.) masih ada 4 ekor ayam lagi,” ujar salah seorang kawan ketika ngopi-ngopi seusai dars (pengajian, Red.) pagi.

Ngaliwet dan ngopi-ngopi. Dua hal yang saya sukai setelah pensiun dini dari kerja kantoran. Ngaliwet, acara makan bareng berupa nasi liwet ditemani ayam bakar/goreng, ikan asin, tempe tahu, lalapan, jengkol dan sambal. Acara dilanjut dengan secangkir kopi arabika yang biasa diseduh dengan metode V60. MasyaAllah, nikmat sekali…

Kebersamaan adalah hal yang tak terbeli di acara semacam itu yang saya rasakan. Tak ada sponsor atau bos, tak ada perbedaan status dan semua terlibat sesuai kemampuan masing-masing. Ada yang menyumbang beras, lauk pauk atau tenaga untuk memasak. Datang sekadar ikutan makan pun disambut dengan tangan terbuka lebar.

Saya kadang dibuat takjub dengan kawan-kawan saya sekarang ini. Setiap kali ada ajakan untuk meramaikan pondok pesantren, mereka bergegas menyambutnya. Bahkan terkadang mereka ‘menomorduakan’ urusan pribadi atau keluarganya.

Seperti acara ngaliwetan malam ini (18/5) untuk memberi support kepada teman-teman yang kebagian ronda jaga pondok pesantren.
Padahal saya tahu, kondisi pandemi seperti sekarang sedikit banyak berimbas dengan perekonomian mereka. Belum lagi masalah-masalah hubungan sosial dengan orang lain. Tetapi mereka tak pernah mengeluh. Canda tawa yang ada ketika berkumpul di acara seperti itu.

Mungkin mereka ini sedang mencoba mengikuti nasihat guru kami menghadapi kondisi zaman seperti sekarang. Gurunda kami berkata, “Berdamailah dengan masalah”.

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)


4 Komentar

Anonim · 20 Mei 2022 pada 05:05

Maa syaa Allah….baarakallhufiik

    Bagus · 1 Juni 2022 pada 15:56

    wa fyka barokallahu

Rad javi ahmad · 20 Mei 2022 pada 10:05

Semoga Allah selalu menjaga kakek kakek cucu yg ada di kaki gunung manglayang ini…

    Bagus · 1 Juni 2022 pada 15:56

    aamiin, jazakallahu khoiron

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *