
Setiap kali saya bepergian dan melewati Indomaret, saya jadi teringat masa ketika masih bekerja di media massa. Dulu ketika ada liputan atau urusan keluar kota dan terlihat ada Indomaret, saya usahakan untuk mampir meski sebenarnya tidak ada kebutuhan yang mengharuskan saya mampir.
Terus, apa yang saya cari? Hot Wheels dan Matchbox! Beneran. Saya dulu senang hunting die cast tersebut di Indomaret. Apalagi kalau dapat replika mobil 1:64 yang lagi jadi incaran, syukur2 yang langka (meski ini jarang sekali saya dapatkan).
Itu dulu ya. Sekarang setelah pensiun dari kantoran dan kala bepergian, saya mampir ke Indomaret jika memang ada kebutuhan. Semisal cari air mineral, camilan dan rehat sembari minum kopi.
Namun mungkin karena hobi, sesekali masih menyempatkan diri untuk melongok gantungan mainan di rak. Seperti di bulan Januari lalu sepulang dari Tasikmalaya, saya butuh kopi sebelum melanjutkan perjalanan ke Bandung bersama teman-teman saya. Kami mampir di Indomaret daerah Ciawi, Tasikmalaya.

Ketika menunggu antrian bikin kopi, saya sempatkan melongok rak gantungan mainan. Sekadar lihat-lihat saja sih niatnya. Eh, tak disangka ada Matchbox berisi replika Land Rover Series II Safari.
Bagi saya, beberapa seri Matchbox lebih detail ketimbang Hot Wheels. Termasuk di antaranya seri Land Rover. Bahkan seri Toyota FJ 40 dari Matchbox, harganya bisa melambung tinggi di kalangan kolektor.

Namun saya pribadi tidak berani mengatakan die cast bisa jadi investasi. Masalahnya, ketika ada orang yang menawar koleksi kita, ada perasaan lain yang membuat berat melanjutkan transaksi. Yakni, sayang untuk dijual belum lagi tak ada jaminan untuk bisa memperolehnya lagi. Apalagi jika koleksi tersebut jadi barang satu-satunya yang kita miliki.
Jadi, jika anda memiliki koleksi die cast atau marinan lain, rawat dengan baik. Taruh koleksi tersebut di rak pajangan yang setiap saat bisa kita nikmati hanya dengan memandanginya. Apalagi jika koleksi tersebut memiliki kenangan yang tak akan tergantikan dengan nilai uang.
(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)
0 Komentar