“Ini kopi apa teh, sih?”
Begitu rata-rata komentar teman saya setelah mencicipi kopi arabika Pandansari untuk pertama kalinya. Varian arabika baru produk Toobagus Kopi tersebut memang rasanya unik. Tidak seperti arabika lainnya yang kebanyakan mengeluarkan rasa kecut buah-buahan terutama arabika dari tanah Pasundan. Untuk arabika Pandansari, dominasi keset teh hitamnya sangat kuat, sedangkan pahit kopinya tipis. Nyaris tak berasa. Makanya saya menyebutnya sebagai kopi blasteran teh.

Kopi Pandansari tersebut ditanam di kawasan Taman, kelurahan Pandansari, kecamatan Paguyangan kabupaten Brebes. Desa tersebut dekat dengan obyek wisata perkebunan teh Kaligua. Bisa dimaklumi jika rasa teh mempengaruhi kuat kopi arabika Pandansari.

Kebetulan beberapa waktu lalu saya kembali berkesempatan berkunjung ke Pandansari. Tentu saja, saya tak lupa membawa kopi Pandansari produk Toobagus Kopi. Pagi selepas sarapan, peralatan seduh V60 pun saya mainkan. Perbandingan rasio kopi air seperi biasa, 1:15, dengan suhu sekitar 90an derajat Celcius. Hanya saja, pagi itu saya pakai air dari sumber mata air di sana. Hasilnya, rasa keset teh semakin kuat dan muncul rasa manisnya di akhirnya. MasyaAllah….

(MN Tabroni, mantan editor di Gramedia Majalah, kakek 2 cucu, penikmat kopi yang tinggal di kaki Gunung Manglayang)


2 Komentar

Anang · 17 Februari 2022 pada 22:00

Ingin cicipin suatu saat. Tapi sepaket dengan lokasi minumnya, agar lebih greget.

    Bagus · 25 Juni 2022 pada 13:07

    monggo

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *